Minggu, 10 Januari 2016

Setahun Sekali

Hari ini tanggal 10 Januari 2016. Sudah seminggu lebih dari malam pergantian tahun baru. Tapi dari rumah saya semalam masih terdengar suara ledakan petasan walau tidak banyak. Lalu saya berpikir "masa udah mau tahun baru lagi? perasaan baru kemarin deh".

Sudah seminggu lebih berlalu tapi masih ada yang main petasan, antara itu petasaan sisaan, atau sengaja disisain, atau justru itu gladi resik untuk persiapan tahun 2017. Ya saya tahu kita memang sudah 4 tahun selamat dari kiamat yang di ramalkan, tapi tidak usah sampai segitunya.

Saya pribadi tidak suka membeli petasan untuk merayakan pergantian tahun. Waktu SD petasan atau kembang api tentu menyenangkan, dapat uang jajan untuk membeli petasan di beberapa warung-warung atau lapak dadakan yang memang ramai saat hari-hari besar seperti itu, biasanya beli petasan atau kembang api juga mendapatkan bonus patahan obat nyamuk bakar untuk menyulut petasan, karena obat nyamuk awet nyala apinya, dan membantu mengusir nyamuk karena kita main petasan malam hari di lapangan (dulu masih banyak lapangan waktu saya kecil).

SMP saya mulai merasa membeli petasan dan kembang api merupakan hal yang percuma, semakin bertumbuh pola pikir dan kebutuhan saya yang memicu hal tersebut. Tapi saya masih menikmati petasan dari tetangga-tetangga saya, sekedar nonton atau disuruh nyalain.

SMA saya tidak beli petasan dan tidak nonton, saya lebih memilih berkumpul bersama teman-teman, ngobrol, bercanda lebih seru ketimbang nonton kembang api, suaranya cuma "Dar dor dar dor" tidak seru, tidak ada petasan yang suaranya "eh tau gak si Deni malam tahun baru ini beli kondom loh". Kalau teman saya suaranya seperti itu, makanya saya pilih ngobrol bersama teman.

Semakin dewasa saya semakin berpikir mengapa orang-orang masih membeli petasan sedangkan harga petasan semakin naik bersamaan dengan kebutuhan hidup yang tidak dibarengi dengan pendapatan. Memang kebanyakan orang-orang kaya yang membeli petasan dalam jumlah besar, tapi ada juga orang-orang yang masih banyak kebutuhan lain untuk dipenuhi, juga menghabiskan uang untuk petasan.

Salah seorang teman saya, tidak kaya, hidup pas-pasan, saat saya tanya hanya menjawab dengan kalimat yang sering saya dan mungkin banyak orang dengar.

"Ah gak apa-apa lah, setahun sekali ini"

Ya memang setahun sekali sih, sebagian orang pun akan berpikir seperti itu, tapi kalau saya, daripada untuk beli petasan lebih baik disimpan untuk kebutuhan setelah tahun baru nanti.


Alasan setahun sekali ini sering saya dengar dan kadang alasan ini digunakan untuk melakukan sebuah kesalahan. Contohnya, masih di malam tahun baru juga, konvoi tanpa helm, tanpa kelengkapan surat berkendara. Alasan yang pernah saya dengar adalah "Ah gak apa-apa malam tahun baru ini kan setahun sekali, polisi juga gak akan nilang".

Alasan yang aneh, karena helm itu digunakan untuk melindungi kepala. Pengendara di Indonesia memang kalau ditanya alasan menggunakan helm, sebagian besar jawabnya pasti "supaya gak ditilang". Kecuali kalau alasannya "Ah gak apa-apa, ini kan malam tahun baru, kepala gua ga akan bocor kalo setahun sekali doang kepentok aspal mah".

Agak aneh memang, tapi ya mungkin itu adalah hiburan sederhana yang bisa dilakukan untuk menyambut tahun yang baru, berharap di tahun berikutnya akan ada banyak perubahan kehidupan. Setelah di tahun-tahun sebelumnya menjalani kehidupan yang berat, melihat kembang api yang terbang ke atas, kemudian meledak dan muncul warna-warni yang indah seakan membawa semua masalah yang ada, terbang ke atas, meledak dan muncul lah harapan-harapan yang mungkin bisa membawa keindahan dalam hidup.



Apaan sih nih gua ngetiknya.
.
.
.
.
.
Gak apa-apa lah, setahun sekali ini.





Minggu, 03 Januari 2016

2016

Wah .... berasa ya sudah 2016 aja. Dan ini merupakan pertama kalinya lagi saya mengisi konten di blog yang sudah lama sekali saya tinggalkan. Bahkan postingan terakhir itu 2014 dan hanya mengutip kalimat seseorang.

Itu artinya di 2015 saya tidak memposting apapun di sini. Padahal sebetulnya banyak yang bisa diceritakan pada tahun tersebut, tapi sayanya terlalu malas, dan ya saya memang beberapa tahun terakhir jarang bercerita mengenai diri sendiri kepada orang-orang, apalagi berkaitan dengan masalah. Habis kalau saya cerita masalah ke orang-orang, bisa saja mereka juga sedang punya masalah, makin nambahin masalah aja pikir saya, jadi ya saya simpan sendiri saja.

Dan sekarang tahun 2016, baru 3 hari setelah malam tahun baru dan baru 4 tahun saya selamat dari kiamat yang di ramalkan. Mungkin saya harus mulai rajin menulis lagi di sini, ya harus dibiasakan, harus disiplin, semoga saja.

Sedikit cerita di tahun 2015, ada banyak kejadian yang cukup menyenangkan terjadi di tahun tersebut. Banyak pengalaman baru yang saya rasakan dan saya bersyukur bisa mengalaminya.


2014 akhir saya ikut audisi Stand Up Comedy Season 5 dari Kompas TV di Bandung, 2 mobil bersama teman-teman komunitas Stand Up Comedy Bekasi, dan hanya saya yang mendapat Golden Tiket. Awal 2015 tapi saya lupa bulannya karena tidak ingat, tapi kalau tanggalnya ...... juga tidak ingat, saya ditelepon bahwa saya lolos menjadi salah satu finalis, lalu karantina, lolos 16 besar, lolos 10 besar, hingga akhirnya tersingkir di 6 besar.

Sudah lumayan banyak yang kenal saya, banyak yang minta foto, tapi tidak ada yang ditweet. Aneh, biasanya orang minta foto untuk diposting di sosial medianya. Jangan-jangan mereka ikut-ikutan foto aja, atau habis foto, di rumah dia liat handphone, lalu bertanya-tanya, "gua foto sama siapa nih" lalu dihapus. Ya mungkin aja kan.

Banyak bertemu teman-teman baru, merasakan hidup di dunia TV, jadi tahu kehidupan pekerja TV, lalu saya berkesempatan main ke Markas TNI di Cijantung, Yonkav 7 kalau tidak salah, Batalyon Kavaleri yang mana isinya persenjataan berat dan alutista macam Panser. Saya pakai seragam TNI, naik Panser walaupun tidak nyetir sendiri, saya jadi merasa seperti tentara, dan mungkin satu-satunya tentara yang cina.

Main ke tempat fitness, yang sebelumnya saya merasa ini adalah tempat yang menurut saya tidak penting. Berolahraga, mau keringetan, tapi di ruangan AC. Bersepeda, ngegowes cepet, tapi tidak kemana-mana. Angkat-angkat barang berat, habis itu ditaro lagi.

Saya juga ikut kelas Yoga, selama 1 hari dan katanya Yoga itu membuat pikiran tenang, rileks dan tubuh jadi segar. Itu benar sekali, kalau dilihat di TV dan dibayangkan. Karena kenyataannya tidak seperti itu, tempatnya panas, saya duduk doang aja keringetan, belum lagi melakukan gerakan-gerakan yang sulit, karena tubuh saya tidak lentur, apalagi ini baru pertama kali. 30 menit saya nyerah, lebih memilih untuk duduk aja ngeliatin beberapa teman yang sepertinya tidak mau menyerah.

Bisa main film walaupun baru 2 scene dengan dialog, tapi semoga ini menjadi batu loncatan, yang mana beberapa tahun kedepan akan menjadi 3 scene, tapi filmnya hanya 2 scene saja, tapi scenenya panjang, 120 menit. Amin.

Di tahun 2015 masalah finansial puji Tuhan berkecukupan, walaupun job dari Stand Up Comedy tidak banyak seperti teman-teman yang lain, masih ada pekerjaan diluar itu yang menyumbang pundi-pundi rupiah untuk bertahan hidup.

Motor saya pun sudah lebih baik di tahun itu, 2x turun mesin untuk membetulkan oli-oli yang bocor dan ganti piston, cat ulang agar lebih rapi, dan hasilnya sudah lebih bersih dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tahun 2015 pun Stand Up Comedy mulai merambah ke TV lain, seperti Indosiar, MNC dan RCTI. Makin banyak panggung, makin banyak kesempatan.

Saya menutup tahun 2015 dengan biasa-biasa saja, tidak merayakan apapun, hanya di rumah, main game. Dan sampailah di tahun 2016, lalu apa yang akan saya alami di tahun ini ya? Ah siapa yang tahu, misteri yang membuat hidup jadi lebih menarik.

Dan setelah ini, mungkin saya akan berusaha lebih rajin untuk menulis di sini.

Semoga.